Rabu, 23 Desember 2020

Perjuangan Ibu 3 Waria! "Saya Punya Anak 3 Banci Ini, Tuhan yang Buat! Saya Sayang Karena Mereka Anak Kandung Saya!"

slidegossip.com - Usaha untuk mengubah pandangan negatif sebagian masyarakat soal keberadaan waria terlihat di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Kelompok waria atau transpuan berorganisasi untuk menciptakan imej positif di masyarakat.

 

 
Kakak beradik waria (suara.com)

 

Seperti dilansir dari suara.com (22/12/2020), melalui organisasi Fajar Sikka, mereka yang memiliki kenangan getir menjadi transpuan, saling menguatkan, berbaur bersama masyarakat untuk berkegiatan sosial.

 

Di antara anggotanya adalah tiga bersaudara dari satu keluarga yang menjadi transpuan. Florensia Nona, wanita berusia 73 tahun tampak sedang bersenda gurau bersama teman-teman sebaya di bawah teduh pohon kersen, di pelataran rumah.

 

Mulutnya tak berhenti mengunyah kapur sirih yang dicampur dengan buah pinang. Barisan giginya hitam pekat, namun masih terlihat kokoh. "Saya tiap hari masih berkebun, menanam kacang," katanya saat ditemui di Desa Ipir, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (14/07/2020) lalu.

 

Florensia Nona memiliki delapan anak. Tiga perempuan. Lima terlahir sebagai laki-laki, tapi tiga di antaranya berubah menjadi perempuan seiring waktu. "Mereka sampai besar, rambutnya panjang. Mereka datang ke dunia ini sebagai laki-laki. Tapi mereka duduk-duduk, dan lama-lama berjalan dengan gemulai," katanya.

 

Sejak kecil, ketiga putranya itu memang tak pandai bekerja seperti lazimnya laki-laki, yakni berkebun. Tapi untuk pekerjaan rumah seperti memasak, mereka jagonya, kata Florensia. "Saya punya anak tiga banci ini, Tuhan yang buat," kata Florensia sambil tersenyum.

 Video lagu viral 'Diam' yang dinyanyikan Opung

 

Putra pertama Florensia yang menjadi transpuan adalah Ardianus yang kemudian akrab disapa Linda Ardian. Linda jarang pulang ke rumah saat remaja, karena ia selalu bertengkar dengan sang ayah.

 

Ayahnya tak suka Linda belajar mengikat tenun, karena dia mempercayai mitos yang berkembang di kampungnya bahwa lelaki yang menenun kain kelak akan jadi sasaran serangan babi hutan. "Bapak marah, jangan ikat tenun, nanti babi hutan gigit. Makanya si Linda ini pergi. Tapi mama tidak marah," kata Florensia.

 

Bukan hanya itu, sang ayah juga marah dengan Linda, karena sering membantu ibunya memasak di rumah. "Bapak marah ini, sampai pukul. Sebab kamu ini laki, kenapa seperti perempuan. Si Linda ini bilang, bapak jangan marah. Kami masak ini kan untuk bapak," kenang Florensia.

 

Namun sejak ayahnya meninggal sembilan tahun lalu, segala urusan adat istiadat keluarga kini diwakili oleh Linda. Mulai dari urusan tanah, pernikahan hingga rapat pengambilan keputusan. "Hanya yang Linda, bisa omong soal urusan rumah adat. Sementara mereka yang dua (anak laki-laki) itu, belum bisa untuk urusan adat di rumah," kata Florensia.

 

Florensia juga bercerita, suaminya kerap membedakan perlakuan dua anak laki-laki lainnya dari tiga anak yang menjadi transpuan. "Mereka tiga orang ini sudah jadi perempuan. Kamu dua orang ini harus isap rokok, minum arak," kata Florensia menirukan ucapan mendiang suaminya saat masih hidup.

 Video lagu viral 'Diam' yang dinyanyikan Opung

 

Meski begitu, bagaimana pun juga, Florensia mengatakan, "Mama sayang, karena mereka anak kandung saya."

 

Anak kesayangannya Linda, saat ini bekerja sebagai penjaga kos-kosan di Kota Maumere. Kenangan pahit masa kecil diperlakukan berbeda dari dua adik laki-laki yang kini sudah menikah, masih membekas dalam ingatannya.

 

"Jadi waktu itu, adik (laki-laki) saya dua orang tak pernah temanan (dengan) kita. Selalu dengan bapak, makan dengan bapak, isap rokok dengan bapak. Sedangkan kami tiga orang itu selalu dengan mama," kata Linda.

 

Selain itu, Linda juga dididik dengan keras oleh ayahnya untuk menjadi laki-laki. "Kadang saya dipukul, saya disiksa, kadang dikasih telanjang, kadang dikasih botak rambut, tapi saya terima saja, saya tetap lawan sama orangtua saya. Kalau mereka enggak mau, ya saya lawan, saya lari sembunyi," kata Linda dengan suara bergetar.

 

Akhirnya sikap ayahnya sempat melunak, saat Linda mulai bekerja sebagai penjaga toko, dan membantu perekonomian keluarga. "Jadi waktu itu bapak bilang, biar kamu jadi banci, tapi kamu tetap kasih saya uang untuk kita hidup di rumah. Jadi waktu saya kerja itu uang gaji saya itu selalu saya kasih ke bapak," kata Linda.

 

Hingga napas terakhir sang ayah, Linda tetap dengan pendiriannya menjadi seorang transpuan. "Saya sudah memaafkan (bapak) waktu putus napas. Cuma bapak pesan, tak boleh mencuri, tidak boleh berbuat sembarang, berbuatlah baik kepada orang," kata Linda.

 

Linda sendiri sudah merasakan menjadi seorang perempuan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia menaruh hati dengan laki-laki, teman sekelasnya. "Jadi waktu itu, setelah berteman dengan dia. Saya sudah merasa, saya ini benar-benar perempuan," kata Linda.

 

Tapi saat SD, Linda masih malu-malu untuk mendeklarasikan diri sebagai seorang transpuan. Tidak seperti adiknya, Lempianus Nong Pitoi yang sekarang akrab disapa Lola Pitaloka. Lola tak pernah merasakan bangku sekolah. Menurut Linda, adiknya lebih leluasa untuk menjadi transpuan karena tak terbelenggu rasa malu dari lingkungan sekolah.

 Video lagu viral 'Diam' yang dinyanyikan Opung

 

"Saya yang duluan (jadi transpuan di keluarga), sejak kecil itu sudah lenggak-lenggok. Sudah bermain (peran) perempuan. Boneka-boneka. Masak-masak," ujar Lola.

 

Saat pertama kali melihat Linda bersolek dan menggunakan pakaian perempuan, Lola mengaku sempat terkejut. "Bukan karena saya yang ada, atau saya yang suruh seperti saya. Harus berdandan seperti saya, harus bergaya seperti perempuan. (Datang) dengan sendirinya," kata Lola.

 

Meski begitu, mereka berdua jarang berbagi cerita tentang perubahan diri menjadi transpuan. Tapi ada kalanya, mereka bertengkar karena masalah kosmetik dan pakaian. "Pernah bertengkar, karena baku rampas bedaknya. Pensil alisnya. Ini saya punya. Ini saya punya, tak boleh pinjam. Beli, kau punya sendiri," kata Lola sambil tersenyum, mengenang masa remaja bersama kakaknya.

 

Dulu, keduanya juga kompak saling memberi peringatan ketika ayahnya sedang marah di rumah, termasuk berbagi tempat persembunyian untuk bersolek dan berpakaian perempuan.

 

Anak lelaki yang menjadi transpuan berikutnya adalah Serpinus Nong Essy, sekarang disapa Essy Moff. Namun Essy sudah lama merantau ke Kalimantan, dan belum kembali ke kampung halaman. Florensia Nona bukan hanya memiliki tiga anak, tapi juga punya tiga keponakan yang menjadi transpuan, yakni sepupu dari Linda, Lola dan Essy.

 

Salah satu keponakannya adalah Petrus Peter Song atau akrab dipanggil Chintya Datores. Ia mengaku sudah merasa menjadi perempuan saat duduk di bangku sekolah dasar. Sampai akhirnya, beranjak remaja, Lola mengajak Chintya bekerja di sebuah salon di Kota Maumere. Dari sinilah, ia mulai terbiasa berdandan dan menggunakan pakaian perempuan.

 

 
Video lagu viral 'Diam' yang dinyanyikan Opung

 

"Kebiasaan kakak Lola ajarin seperti itu, saya bangun, mandi, saya berdandan, saya berpakaian perempuan, sudah saya duduk manis di depan (salon)," kata Chintya.

 

Dari situ pula, Chintya mulai bergaul dengan komunitas transpuan di Kabupaten Sikka dan memulai usaha salon sendiri, termasuk memproduksi tenun ikat. "Saat itu sudah bisa bekerja mencari uang untuk biaya kehidupan papa dan mama," katanya.

 

Dari keluarga besar transpuan tersebut, Lola lah yang paling aktif berorganisasi di Fajar Sikka. Chintya mendapat bantuan pemasaran produksi tenun ikatnya dari Fajar Sikka, dan Linda sesekali ikut berkumpul untuk arisan atau kegiatan berdoa bersama.

Share this article :

Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

Comments :

0 komentar to “Perjuangan Ibu 3 Waria! "Saya Punya Anak 3 Banci Ini, Tuhan yang Buat! Saya Sayang Karena Mereka Anak Kandung Saya!"”


Posting Komentar

 

Copyright © 2012 by Berita Terbaru dan Profil Artis Terkini Powered By SlideGossip | Design by Opung | Contact Email : slidegossip (at) gmail.com | Phone : 0857-808-70772