Rabu, 11 Januari 2017

Ini Isi Pidato Terakhir Barack Obama di Akhir Jabatan Sebagai Presiden AS Yang Bikin Banyak Orang Menangis!

slidegossip.com - Selama delapan tahun, Barack Obama telah memimpin Amerika Serikat dan selalu dipuja oleh rakyat Amerika karena kebaikan dan kepeduliannya terhadap rakyat dan beragam isu sosial. Di ujung masa akhir jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyampaikan pidato terakhirnya di Chicago, kota tempat Obama dibesarkan, setelah menjabat sebagai Presiden AS sejak tahun 2008. Dan pidato terakhir Barack Obama ini disambut dengan sangat emosional oleh kebanyakan rakyat Amerika hingga membuat banyak orang menangis. Obama sendiri pun ikut menangis ketika ia menyampaikan pidato terakhirnya.

 

Barack Obama membuka pidatonya dengan mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga Amerika Serikat, baik yang memilihnya maupun tidak, dan menutup pidatonya dengan ucapan terima kasih kepada istrinya, Michelle Obama, serta anak-anaknya, Malia dan Sasha, juga kepada Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan para staf.

"Setiap hari saya belajar dari kalian. Kalian membuat saya menjadi Presiden yang lebih baik dan pria yang lebih baik," kata Barack Obama dengan penuh haru kepada para pendukungnya.

Obama mengatakan bahwa di bawah kepemimpinannya, Amerika Serikat telah berhasil bangkit dari resesi ekonomi, membangkitkan industri otomotif, meningkatkan lapangan kerja, membangun kembali hubungan dengan Kuba, menutup program nuklir Iran tanpa menembakkan sebutir peluru, menangkap otak dari tragedi 9/11, menciptakan keadilan dalam pernikahan dan memberikan akses asuransi kesehatan kepada 20 juta rakyat AS.

Barack Obama yang pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar di Menteng, Jakarta Pusat ini juga menjamin transisi pemerintahan yang damai ke Presiden berikutnya, Donald Trump, sebagaimana transisi damai dari administrasi Bush kepada dirinya.

Fokus utama dari pidato terakhir Barack Obama ini adalah mengenai situasi terkini tentang demokrasi di Amerika Serikat. "Demokrasi tidak membutuhkan keseragaman. Para pendiri bangsa ini juga mengalami perbedaan pendapat dan akhirnya berkompromi. Mereka ingin kita melakukan hal yang sama. Demokrasi membutuhkan solidaritas, sebuah gagasan di mana di samping semua perbedaan, kita berjuang bersama-sama. Kita bangkit atau jatuh sebagai satu kesatuan," ucapnya.

Selain itu, Obama juga mengatakan bahwa demokrasi di Amerika Serikat berada di bawah ancaman seperti dunia yang semakin sempit, meningkatnya kesenjangan, perubahan demografik, dan terorisme. Hal-hal inilah yang menjadi tantangan pertama bagi demokrasi Amerika Serikat.

"Cara kita menjawab tantangan-tantangan ini akan menentukan kemampuan kita dalam mendidik anak-anak kita, menciptakan pekerjaan yang baik dan melindungi negara kita. Dengan kata lain, menentukan masa depan kita," kata Obama.

Obama juga menambahkan bahwa tantangan kedua bagi demokrasi AS adalah rasialisme, dimana rasialisme telah menjadi tantangan bagi Amerika sejak bangsa ini berdiri. "Ke depan, kita harus menegakkan hukum melawan diskriminasi di bidang pekerjaan, perumahan, pendidikan dan hukum. Akan tetapi, menegakkan hukum saja tidak cukup. Supaya demokrasi AS berjalan maka kita harus mendengarkan nasihat Atticus Finch, tokoh fiksi sastra Amerika, yang mengatakan 'Kita tidak akan memahami seseorang jika kita tidak melihat dari sudut pandangnya'," kata Obama.

Untuk menegakkan demokrasi, Barack Obama pun mengajak rakyat Amerika Serikat untuk keluar dari 'gelembung' dan mencoba memahami orang-orang yang berbeda pemikiran.

"Hal ini tidak mudah. Banyak dari kita yang merasa aman hidup dalam 'gelembung' di lingkungan kita, di kampus, tempat ibadah dan di sosial media, di mana kita dikelilingi oleh orang-orang yang mempunyai pandangan politik yang sama, tanpa pernah bersikap kritis terhadap pandangan kita sendiri. Kita merasa terlalu nyaman dan aman dalam 'gelembung' sehingga kita hanya menerima informasi yang kita suka dan sesuai dengan pandangan kita," kata Obama.

Menurut Obama dalam pidato terakhirnya, politik adalah perang gagasan yang harus dijalankan secara sehat. Hal ini adalah tantangan ketiga. "Kita memiliki tujuan berbeda dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tersebut. Mencari titik temu akan mustahil jika kita tidak mendasarinya berdasarkan fakta, menerima perbedaan pendapat, dan berdasarkan sains dan nalar," ucap Obama.

Obama juga menyampaikan bahwa demokrasi di Amerika Serikat saat ini sedang diuji oleh kelompok fanatik yang mengaku-ngaku Islam, oleh orang-orang yang beranggapan bahwa demokrasi, masyarakat sipil, dan pasar bebas sebagai ancaman. "Mereka mewakili ketakutan akan perubahan, ketakutan akan perbedaan dan kebebasan berpikir," ucapnya.

Obama juga mengatakan bahwa Amerika Serikat telah berhasil menangkal aksi terorisme di AS selama dia memimpin. "Tragedi Boston dan Orlando mengingatkan kita akan bahaya radikalisme, tetapi aparat keamanan kita saat ini lebih efektif. Koalisi global melawan ISIL telah berhasil menangkap para pemimpin ISIL dan merebut kembali separuh wilayah kekuasaan mereka. ISIL akan dihancurkan karena tidak ada seorang pun yang bisa macam-macam dengan AS," paparnya.

Dengan hanya mengandalkan kekuatan militer saja tidak cukup. Obama pun mengajak warga AS untuk tetap waspada dan tidak takut terhadap ancaman-ancaman demokrasi. "Saya meminta rakyat AS untuk percaya pada diri sendiri bahwa kalian bisa membuat perubahan. Ya kita bisa!" tutup Obama.

Selama delapan tahun lamanya, Presiden Barack Obama telah berhasil memimpin Amerika Serikat menjadi negara yang semakin baik dan maju. Keberhasilan Obama tidak lepas dari dukungan masyarakat AS dan keluarganya, termasuk sang istri, Michelle Obama yang selalu setia mendampinginya selama menjalani masa pemerintahan.

Dalam pidato terakhirnya sebagai presiden Amerika, Obama tidak kuat menahan tangis mengingat perjuangan yang dilakukan Michelle sebagai istri sekaligus Ibu Negara bagi Negeri Adi Daya itu. Dia pun menyampaikan rasa terima kasih kepada sang istri tercinta dalam pidatonya.

"Michelle LaVaughn Robinson, gadis dari selatan, selama 25 tahun terakhir, Anda bukan hanya menjadi istri dan ibu dari anak-anak saya, tetapi sekaligus menjadi sahabat terbaik saya," kata Obama, di tengah hadirin yang bertepuk tangan kepadanya sebagai tanda kehormatan, seperti dilansir dari laman New York Daily News, Rabu (11/1/2017).

"Anda telah membawa peran yang baik sebagai Ibu Negara tanpa diminta. Anda melakukannya sendiri dengan cara yang baik. Anda telah membuat saya bangga, dan Anda juga telah membuat negara bangga," lanjutnya.

Selain kepada Michelle, Barack Obama juga menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua putrinya yang baru beranjak remaja, Malia dan Sasha. "Kalian (Malia dan Sasha) telah membawa diri dengan sangat mudah di tengah sorotan. Dari semua yang saya pernah lakukan dalam hidup, yang paling membuat bangga adalah menjadi ayah kalian," pungkas Obama sambil menangis haru.
Share this article :

Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

Comments :

0 komentar to “Ini Isi Pidato Terakhir Barack Obama di Akhir Jabatan Sebagai Presiden AS Yang Bikin Banyak Orang Menangis!”


Posting Komentar

 

Copyright © 2012 by Berita Terbaru dan Profil Artis Terkini Powered By SlideGossip | Design by Opung | Contact Email : slidegossip (at) gmail.com | Phone : 0857-808-70772